Perawat di Indonesia atau di Belanda ?

Ketika saya browsing,saya menemukan artikel ini...
mungkin bisa menjadi bacaan yang bagus buat Anda..
Harap di simak ya.. serta komennya.. :)
"Tren Transformasi Keperawatan Indonesia Menuju Kompetisi Internasional" 

Oleh: Dian Syahroni, SKp 

Alumni Sarjana Keperawatan Universitas Indonesia 1997-2001. Bekerja sebagai Perawat di Utrecht, Belanda. 



Assalamu alaikum Wr. Wb, 

Bisa jadi ini menjadi impian banyak tenaga kesehatan , tak terkecuali perawat , untuk bisa bekerja di luar negeri khususnya di Eropa. Ada beberapa faKtor kenapa hal ini menjadi pemicu banyaknya tenaga professional luar negeri tertarik ke Eropa khususnya Belanda. 

Secara fakta terlihat betapa pesatnya perkembangan setiap sisi kehidupan di benua ini. Hal ini bukanlah sesuatu yang asing di telinga masyarakat dunia, khususnya di Indonesia. Penelitian yang sangat menunjang penemuan teori-teori baru sangat menjadi perhatian, dunia kerja yang profesional yang berkembang dan tumbuh seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, dan banyak hal positif yang bisa di temukan disana. Pun menjadi alasan yang sangat prestisius bagi kebanyakan orang untuk bisa melanjutkan pendidikan di Eropa ataupun bekerja sebagai tenaga profesional disana. 

Perbedaan dunia keperawatan belanda dibanding Indonesia. 

Mengiringi pertumbuhan status ekonomi yang bisa dikatakan sangat baik dengan penghasilan rata penduduk nya kurang lebih 1100 euro perbulan menjadikan Belanda sebagai satu dari 10 negara termakmur di dunia. Hal ini sangat berpengaruh pada kompensasi bagi setiap tenaga profesional yang bekerja di setiap bidang kehidupan. Lebih spesifik pada profesi keperawatan. 

Kompensasi yang menarik berkisar 1000-1700 euro per bulan bukanlah hal yang istimewa di negara ini. Jika dibandingkan dengan berapa besar yang diterima oleh para tenaga profesional di Indonesia maka ini sangat menjanjikan tentu saja, apalagi jika kita bercermin betapa penghargaan perawat Indonesia di tanah air sendiri yang masih sangat jauh dari harapan. 

Perbandingan level pendidikan perawat Indonesia dibanding Belanda. 

Meneropong lebih dalam pada dunia praktik kesehatan khususnya keperawatan, satu hal yang patut kita jadikan contoh adalah penghargaan kemampuan professional seorang perawat yang sangat disesuaikan dengan level pendidikan dan juga kemampuan penguasaan Basic Knowledge serta juga keterampilan praktisnya. Sebagai contoh adalah di negeri kincir angin ini tenaga perawat dihargai sesuai dengan level pendidikan dan pengalaman kerja yang dimiliki. 

Setiap level pendidikan memiliki fungsi yang jelas, lebih lanjut hal ini terdefinisi dan tercantum dalam aturan hukum yang mengatur hak dan kewajiban perawat sebagai tenaga kesehatan profesional. Permasalahan tanggung jawab yang overleving, berebut wewenang atau bahkan cari cari tanggung jawab sudah sangat kecil di temukan. 

Pengaturan wewenang tersebut secara singkat sebagai berikut; Level pendidikan setingkat SPK di Indonesia, di Belanda disejajarkan dengan perawat niveu 3 (baca nifo-tingkat- drie red.). Perawat nifo 3 memiliki wewenang pada pemenuhan kebutuhan basis dari klien seperti makan minum, kebutuhan BAB dan BAk, serta ADL normal lainnya. Dengan sedikit tugas dalam perencanaan asuhan keperawatan dan lebih banyak pada pada level pelaksana asuhan keperawatan. 

Sedangkan jenjang pendididikan yang setingkat AKPER dinamakan sebagai perawat niveu 4 (nifo vier) memiliki tanggung jawab dan tugas lebih kompleks, seperti merencanakan asuhan keperawatan dan juga tugas manajemen yang disesuaikan. Tentu saja tidak melupakan wewenang memenuhi kebutuhan ADL sebagai keahlian dasar sebagai perawat. Perhatiannya adalah dimana tindakan-tindakan invasive tertentu seperti melakukan pemasangan infus tidak diperkenankan secara hukum untuk dilakukan perawat nifo 3 tetapi ini menjadi bagian wewenanag perawat nifo 4. 

Sedangkan perawat dengat tingkat sarjana (dinamakan niveu 4 atau lebih tinggi niveu 5) memiliki keistimewaan selain wewenang yang dimiliki perawat niveu 4 juga memiliki tugas pada perencanaan manajemen untuk memperbaiki asuhan keperawatan di ruangan secara lebih luas. Menjadi penggagas perubahan dengan membuat proyek-proyek pelatihan atau penelitian-penelitian yang bertujuan mengevaluasi dan memperbaiki asuhan keperawatan. 

Perawat dalam level ini menjadi rujukan seluruh perawat yang berada dalam koordinasi dan tanggung jawabnya. Lebih jauh perawat level ini bisa memainkan peran sebagai kepala ruangan atau manajer keperawatan. 

Perubahan dari fungsi dan tanggung jawab perawat dari perawat niveu 4 menjadi niveu 5 lebih di tentukan pada kemampuan pribadi yang dimiliki seorang perawat. Hal ini menjadikan tidak semua perawat dengan level pendidikan sarjana bisa memainkan fungsi pada jenjang niveu 5, terlebih jika seorang perawat tersebut tidak memiliki kemampuan lebih dibanding dengan perawat yang level pendidikan berada di bawahnya. Perawat niveu 5 adalah definisi fungsi yang ditentukan tidak oleh level pendidikan. Tetapi memang untuk menjadi perawat niveu 5 minimal pendidikan yang harus di dimiliki adalah pendidkan dengan level sarjana. 

Lebih menarik adalah wewenang dan tanggung jawab yang dibebankan pada setiap level fungsi tentu saja akan memberikan pengaruh pada kompensai pembayaran yang ditawarkan. Semakin tinggi pendidikan semakin tinggi kompensasi yang diterima. Semakin besar tanggung jawab semakin tinggi fungsi yang diperankan. 

Proses pengakuan ijasah sarjana Keperawatan Indonesia di Belanda. 

Kerja sama dalam dunia kesehatan dan pendidikan sudah relatif lama dilakukan antara pemerintah Belanda dengan Indonesia. Jumlah mahasiswa dan juga tenaga kerja Indonesia yan berada di Belanda sudah puluhan bahkan ratusan. 

Yang menarik adalah dari ratusan mahasiswa yang dikirim Indonesia untuk melanjutkan pendidikan di belanda baik jenjang s1 sampai dengan s3, tidak ada satupun mahasiswa yang berasal dari profesi keperawatan. Berlawanan dengan fakta diatas, jumlah perawat yang bekerja dalam dunia professional di belanda adalah yang terbesar jika di banding dengan jumlah tenaga profesional dari bidang lainnya. Yang mengejutkan jumlah tenaga kerja Indonesia yang bekerja di belanda dengan berijasah sarjana sangat rendah (sampai dengan tahun 2006 hanya satu orang, red). Dominasi ini dimiliki perawat dengan jenjang pendidikan SPK dan AKPER. 

Program yang dilakukan oleh pemerintah atau swasta untuk mengantarkan perawat Indonesia ke Belanda sampai saat ini berbentuk lebih banyak Program Pelatihan. 
Bentuk pelatihan ini ada berbagai bentuk. Pada masa pertama kali program ini dijalankan, perekrutan yang dilakukan adalah pada para siswa lulusan SMA yang kemudian diberikan kesempatan untuk sekolah dipendidikan perawat disana. Hal ini dilakukan sekitar tahun 90-an. 

Namun menurut penuturan alumni tahap pertama ini, program ini dihentikan, dikarenakan banyaknya biaya yang dikeluarkan dan prosesnya yang memakan waktu terlalu lama. Lebih lanjut banyak dari alumnus program ini setelah menyelesaikan pendidikan melanjutkan pendidikan dan bekerja pada bidang lain diluar dunia perawat. Program terakhir yang dilakukan adalah dengan merekrut tenaga perawat dengan pengalaman minimal 2 tahun dalam dunia keperawatan di Indonesia untuk selanjutnya diberikan training dan kursus bahasa dan kemudian ditempatkan di rumah sakit-rumah sakit Belanda dengan status sebagai peserta pelatihan atau trainee. 

Ijin praktik di belanda. 

Setiap perawat yang lulus dari pendidikan perawat di Belanda, harus memiliki ijin untuk bisa bekerja. Ijin ini dikenal dengan nama BIG REGISTRATIE. Hal inipun berlaku untuk seluruh tenaga perawat dari luar Belanda, baik dari Eropa maupun Asia. 

Seperti disampaikan di atas bahwa jenjang SPK disamakan di Belanda dengan perawat niveu 3 dan jenjang D3 dapat di samakan dengan perawat niveu 4. Kedua level pendidikan perawat Indonesia ini sudah dikenal dan diakui oleh pemerintah Belanda. 

Untuk mendapatkan surat ijin praktek pun relatif sangat mudah. Hal ini dikarenakan sudah ada penyamaan level pendidkan yang dilakukan oleh pemerinah Belanda. Sekaligus kesepakatan bahwa perawat dengan jenjang SPK dan AKPER dapat melaksanakan tugas sebagai perawat dan dapat mendapatkan ijin praktek sebagai perawat tanpa proses yang rumit. 

Tetapi hal tersebut, sampai dengan saat ini, tidak berlaku bagi lulusan sarjana keperawatan dari Indonesia untuk mendapatkan ijin praktek sebagai perawat di Belanda. Permasalah pertama adalah status belum dikenalnya pendidikan perawat dengan jenjang pendidikan level sarjana keperawatan dari Indonesia di Belanda. Sepanjang sejarah kerjasama pengiriman perawat ke belanda antara Indonesia dan Belanda belum pernah sebelumnya ada perawat dengan level pendidkan sarjana yang bekerja disana. Tetapi ini tidak terjadi dengan negara lain seperti Filipina misalnya. 

Pemerintah Belanda, dalam hal ini Kementrian Kesehatan, memiliki list yang berisikan daftar pendidikan tinggi dari beberapa Negara. Didalamnya tercantum nama dan level pendidikan dari Negara-negara yang telah disetujui untuk mendapatkan ijin praktek dan bisa bekerja sebagai tenaga professional di Belanda. Sangat disayangkan nama atau jenjang pendidkan sarjana dari Indonesia belum tertera didalamnya. Level yang tercantum dan di akui oleh pemerintah belanda adalah masih sebatas SPK dan AKPER. 

Proses mendapatkan ijin praktek perawat level sarjana dari Indonesia di Belanda. 

Proses ini dimulai dengan keharusan mendapatkan surat pernyataan dari Kementrian Kesehatan dan juga Kementrian Pendidikan di Belanda yang menyatakan bahwa lulusan sarjana keperawatan dari Indonesia memang kwalified untuk mendapatkan ijin praktek ini. 

Dari kondisi ini dapat disimpulkan bahwa kerjasama yang di lakukan oleh pemerintan Indonesia dengan Belanda sampai dengan saat ini tidak atau belum di perbaharui. Hal ini dilihat dengan belum dikenalnya lulusan sarjana perawat Indonesia di dunia praktek keperawatan belanda. Hal ini mungkin juga disebabkan masih mudanya usia pendidikan keperawatan untuk jenjang sarjana di Indonesia dimana ketika pembuatan MOU antar dua pemerintah saat itu Program Studi atau Fakultas Keperawatan masih belum ada. 

Langkah pertama harus dilakukan di Belanda adalah dengan melakukan penyetaraan ijasah sarjana dari Indonesia dengan pendidikan tinggi disana. Ini ditujukan pada sebuah lembaga yang cukup dikenal di kalangan mahasiswa indonesia di Belanda yang bernama NUFFIC (Nuffic is the Netherlands organization for international cooperation in higher education , sumber NUFFIC.NL). 

Lembaga ini bertugas untuk menyetarakan setiap level pendidikan dari luar Belanda dengan pendidikan lokal. Setiap mahasiswa yang akan melanjutkan pendidikan pada umumnya jenjang s1 sampai s3 bisa di pastikan mendapatkan keterangan penyetaraan dari lembaga ini. Waktu yang dibutuhkan kurang lebih satu bulan untuk mendapatkan keterangan yang menyatakan bahwa pendikan perawat jenjang sarjana dari universitas di Indonesia disejajarkan dengan level pendidikan tinggi HBO-V (Hoge Beroeps Onderwijs-Verpleegkundige) di Belanda. Yang artinya dengan ijasah ini perawat sarjana dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang master atau selanjutnya. Surat keterangan ini hanya berlaku didunia pendidikan saja, tetapi untuk melakukan praktek sebagai perawat ini tidak cukup. 

Langkah berikutnya adalah pengajuan permohonan kekementrian kesehatan di belanda untuk mendapatkan keterangan bahwa memang lulusan sarjanan keperawatan dari Indonesia capable dari knowledge dan juga ketrampilan praktis professional untuk bekerja sebagai perawat dibelanda. Waktu yang dibutuhkan kurang lebih 3 bulan, dengan melewati proses wawancara dengan perwakilan dari rumah sakit serta dari instansi pendidikan tinggi belanda. Hal ini dilakukan untuk melihat lebih dalam komposisi mata ajar yang telah didapatkan perawat level sarjana dalam masa pendidikan. 

Dunia Praktik Keperawatan di Belanda 

Lahan kerja yang ada di Belanda untuk perawat sangat luas. Pilihan yang ada lebih banyak dan beragam jika dibanding dengan tanah air. Hal ini sangat dipengaruhi sistem kesehatan secara makro. Sebagai contoh adalah keperawatan komunitas yang berkembang pesat mengikuti perkembangan perawatan hospital. Di Indonesia keperawatan yang sangat maju adalah intra rumah sakit, tetapi pada sisi saat sebelum klien masuk Rumah Sakit dan sesudah klien pulang dari rumah sakit masih menjadi tanya besar. 

Interaksi yang intens dan juga sistem komunikasi yang berjalan relatif lebih baik dengan seluruh multi disiplin di Belanda jika dibandingkan dengan kondisi di tanah air menjadi satu poin positif yang bisa kita contoh. Seluruh disiplin ilmu dalam sebuah ruang keperawatan siap duduk satu meja untuk membahas asuhan yang d butuhkan oleh klien. Asuhan yang diberikan tentu saja sangat Clien Oriented sehingga kualitas asuhan kesehatan yang diberikan menjadi satu hal penting yang selalu menjadi prioritas tim. 

Berbagai bentuk komunikai berkembang, pertemuan rutin multi dislipin pun menjadi agenda rutin dalam satu bulan. Disini setiap disiplin siap untuk mempertahankan argumentasi kelimuan mereka. Setiap disiplin memiliki ide dan gagasan terkait asuhan klien. Yang menarik adalah asuhan yang dibuat sangat seiring dan bertujuan akhir yang sama, holitas asuhan kesehatan. 

Tantangan yang dimiliki perawat Indonesia dalam dunia praktik dalam setiap bidang keperawatan dibelanda berbeda-beda. Kemampuan bahasa adalah satu dari berbagai faktor yang penting, karena komunikasi adalah seni keperawatan. Penggunaan alat-alat medis dan keperawatan modern yang tidak ditemui di Indonesia juga menjadi masalah tersendiri bagi perawat kita. Dunia keperawatan yang sudah berkembang menjadi sangat spesialis dan juga spesifik adalah pelajaran baru bagi perawat Indonesia. 

Siapkah perawat Indonesia bertarung dengan kompetisi global? 

Berbagai hal berikut bisa menjadi perhatian bagi para perawat Indonesia yang ingin mengembangkan diri dan bersaing dengan perawat dari . 

Segi Keilmuan.
Bagi perawat yang ingin mengembangkan diri ke luar negri , jangan sia-siakan masa pendidkan dimana seluruh asuhan, tindakan perawatan, dan juga tindakan medis dapat dengan mudah didapatkan. Secara umum perawat indonesia memiliki kemampuan yang baik dan pengetahuan lebih luas tidak kalah bila dibanding dengan perawat-perawat dibelanda. Bukan spesialisai yang dimaksudkan melainkan lebih pengusaan pada tindakan keperawatan atau medis serta asuhan keperawatan yang secara basis harus dimiliki seorang perawat. 

Hal ini dikarenakan adanya kesempatan atau kebebasan untuk dapat melakukan tindakan keperawatan yang lebih besar di Indonesia jika dibanding di Belanda. Peraturan hukum diluar negeri, di Belanda khususnya, mengatur sangat ketat kapan, siapa, dan bagaimana seorang perawat boleh atau tidak boleh melakukan sebuah tindakan. Sebagai contoh untuk melakukan tindakan infus, hanya perawat dengan sertifikat khusus yang boleh melakukan dan sembarang perawat boleh melakukannya. 

Disisi lain aturan tersebut juga penting, karena dengan sistem tes kualifikasi ini menjadikan setiap individu perawat harus yakin dengan tindakan yang akan, mau, boleh , mampu atau tidak mampu dilakukan. Dengan aturan ini setiap skill perawat akan diberikan diploma atau sertifikat yang dengannya maka secara hukum seorang praktisi perawat sah dan diperbolehkan melakukan satu atau lebih tindakan keperawatan. Lebih menarik bahwa keahlian akan suatu tindakan keperawatan secara periodik pun akan kembali di uji. 

Segi Kemampuan Bahasa.
Dalam dunia praktik, bahasa umum yang digunakan adalah bahasa Belanda, layaknya penggunaan bahasa Indonesia di tanah air tentu saja. Tetapi tidak menutup kemungkinan kemampuan bahasa Inggris juga akan sangat membantu bermanfaat, terlebih adanya multikultur di Belanda. Sisi yang masih harus diperbaiki oleh perawat kita adalah kemampuan dan penguasan bahasa asing yang sedikit, atau bisa dikatakan rendah. Hal ini juga disebabkan kita tidak memiliki kekhususan untuk belajar bahasa asing tertentu sebagai bahasa kedua setelah bahasa indonesia. 

Kemampuan ini yang akhirnya menentukan pada level mana seorang perawat yang datang dari Indonesia, juga dari negara lain dapat berfungsi dengan baik. Seorang sarjana misalnya, karena kemampuan bahsanya yang rendah, bisa saja akhrinya harus melaksanakan fungis pelaksana perawat niveu 3. 

Segi Mental. 
Ada satu bentuk pengaruh pemikiran sebagai negara berkembang atau lebih di kenal sebagai negara dunia ketiga. dimana kita selaku berpikir bahwa negara barat (Eropa) selalul lebih baik dan lebih maju. Secara ekonomi ini benar, tetapi secara mental dan attitude kita bisa bersaing dengan dunia luar. Kelebihan para perawat Indonesia adalah kesabaran dan endurance yang relatif lebih baik. Juga hubungan antar manusia yang masih banyak menggunakan hati menjadi faktor yang membuat banyak klien senang dan menghargai perawat Indonesia. 



Terima kasih, 
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh


dari FACEBOOK Fadzar Ayahnya Kay-Rumy Tanjung.


thanks..


gimana menurut kalian?
keperawatan di Indonesia atau di Belanda?
artikel di atas menunjukkan bahwa pemikiran kita tentang negara barat ( Eropa ) senantiasa slalu lebih baik dan maju.
Secara hal tertebtu seperti ekonomi memang benar, tetapi apa kelebihan perawat Indonesia??
Di artikel tersebut sudah disebutkan dengan jelas..
lalu tunggu apa lagi? Wake up nurse !!
:)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar